merubah dunia lewat kata

Full width home advertisement

Life

Bayi

Post Page Advertisement [Top]

Hal-Hal Ini Mungkin Kamu Rasakan Saat Naik Gunung Part1

Hal-Hal Ini Mungkin Kamu Rasakan Saat Naik Gunung Part1

Mendaki atau ativitas naik gunung tidak hanya dilakukan oleh komunitas pecinta alam. Hampir semua orang bisa melakukannya, bahkan tidak hanya remaja atau dewasa, melainkan anak-anak dan lansia pun ada yang pernah mendaki gunung dan bisa sampai puncak. Sejak munculnya sebuah film yang menceritakan tentang mendaki atau naik gunung, terbukti banyak orang termotifasi untuk melakukan hal yang sama. Dan efeknya, jumlah pengunjung atau pendaki di beberapa gunung meningkat drastis. 
Ada banyak alasan orang-orang melakukan pendakian, mulai dari seseorang yang ingin melihat salah satu ciptaan-Nya sampai seseorang yang ingin dianggap keren karena dapat sampai ke puncak. Ya, semua orang punya motif sendiri-sendiri. Bahkan sampai perasaan setiap orang pun berbeda-beda ketika dia mendaki gunung. Mungkin beberapa perasaan ini pernah kamu rasakan atau alami ketika mendaki sebuah gunung (gunung yang sebenarnya).
1.        Berat
Mendaki bukan hal yang ringan untuk dilakukan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, terutama medan. Setiap gunung memiliki medan yang berbeda-beda, namun intinya sama, menanjak. Namun, menanjak disini akan sangat berbeda, karena jalan yag dlewati tidak seperti jalan pada umumnya, tapi jalan berbatu, bahkan tidak jarang seperti sebuah aliran air sungai namun kering. 

Sering tertipu dengan sebuah foto perjalanan mendaki, kelihatannya hanya menapaki jalan yang tidak terjal, namun pada realitanya, benar-benar 180 derajat berbeda. Bahkan tidak jarang, medan itu hanya selebar bahu dengan tepian jurang tinggi. Ditambah lagi dengan beban tas ransel atau carrier yang  dibawa. Disinilah yang akan menguji mental seseorang.

Namun demikian, dari perjalanan ini akan mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati. Selain itu, juga menguji kekuatan fisik, seberapa lama kita mampu berjalan dengan beban di pundak. Seolah masalah yang ada tidak lebih berat dari tas yang menempel di punggung.
2.        Takut
Takut, inilah yang selalu saya rasakan ketika naik gunung. Takut disini bukan diartikan mistis. Tapi ketakutan itu lebih kepada Sang Pencipta. Allah swt. Benar-benar merasakan bahwasanya kita amatlah kecil, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gunung ini, lalu mengapa masih ada rasa sombong, besar kepala dan sifat buruk lainnya. 

Padahal, Jika Tuhan menghendaki, satu langkah saja kita bisa dihadapkan pada kematian. Disini saya merasa dekat dengan kematian, tapi saya juga merasa dekat dengan-Nya. Ada sebuah rasa takut, tapi dari rasa takut inilah kita ingin selalu dekat dengan-Nya. Itu yang saya sukai dari naik gunung, selain keindahannya juga rasanya.
Disisi lain, saya pun merasakan arti kesendirian. Benar-benar sendiri. Kesendirian ini adalah kemandirian, bertahan dan berjuang. Kesendirian disini juga mendekatkan diri kepada-Nya. Karena seolah apapun yang terjadi hanya Dia yang dapat menolong. Keluarga yang kita cintai, kekasih, sahabat atau teman pun tidak bisa menolong tanpa Kuasa-Nya. 
Maka ada sebuah fakta jika biasanya orang di dataran rendah banyak meninggalkan ibadah, justru lain halnya ketika di atas sini. Kita selalu ingat, kita selalu beribadah. Hati terasa tenang, kadang rindu dan ingin menghadirkan perasaan ini ke bawah.

3.        Bersyukur
Hal indah lainnya dari naik gunung adalah “syukur”. Banyak hal yang bisa disyukuri. Terutama hidup. Masalah sebesar apapun seolah tak bisa menandingi nikmat ini, dengan hidup, kita bisa berjuang dan menyelesaikan masalah. Tapi kalau sudah tidak hidup, cita-cita setinggi langit pun tak bisa dikejar lagi. 

Saya teringat kisah seorang teman, dia mendaki tepat satu hari sebelum sidang pendadaran untuk mendapatkan gelar sarjana. Bahkan saya sendiri pun pernah mengalami hal serupa, ketika saya merasa down, dan butuh power, saya memutuskan mendaki. Dan benar, dari situ saya mendapatkan power.
Dalam perjalanan, saya berfikir banyak hal. Salah satunya hidup dan perjuangan. Hidup itu ibarat modal. Perjuangan adalah proses mendaki dan puncak adalah target atau tujuan dari hidup saya. Dari situlah saya belajar memompa diri untuk berjuang mendapatkan apa yang saya inginkan. 

Dari sinilah saya benar-benar belajar memaknai “tidak ada yang tidak mungkin”. Asalkan kita berjuang dan Tuhan juga mengizinkan, semua pasti terjadi. 

2 comments:

  1. I like it :)
    ini adalah pengelaman pertama kali mendaki dan tak terlupakan...
    best moment...

    ReplyDelete
  2. iya pengalaman pertama yang tak terduga..
    sekarang jadi kenangan.

    ReplyDelete

Bottom Ad [Post Page]