Mendaki atau
ativitas naik gunung tidak hanya dilakukan oleh komunitas pecinta alam. Hampir
semua orang bisa melakukannya, bahkan tidak hanya remaja atau dewasa, melainkan
anak-anak dan lansia pun ada yang pernah mendaki gunung dan bisa sampai puncak.
Sejak munculnya sebuah film yang menceritakan tentang mendaki atau naik gunung,
terbukti banyak orang termotifasi untuk melakukan hal yang sama. Dan efeknya,
jumlah pengunjung atau pendaki di beberapa gunung meningkat drastis.
Ada banyak
alasan orang-orang melakukan pendakian, mulai dari seseorang yang ingin melihat
salah satu ciptaan-Nya sampai seseorang yang ingin dianggap keren karena dapat
sampai ke puncak. Ya, semua orang punya motif sendiri-sendiri. Bahkan
sampai perasaan setiap orang pun berbeda-beda ketika dia mendaki gunung. Mungkin
beberapa perasaan ini pernah kamu rasakan atau alami ketika mendaki sebuah
gunung (gunung yang sebenarnya).
1. Berat
Mendaki bukan
hal yang ringan untuk dilakukan. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor, terutama
medan. Setiap gunung memiliki medan yang berbeda-beda, namun intinya sama,
menanjak. Namun, menanjak disini akan sangat berbeda, karena jalan yag dlewati
tidak seperti jalan pada umumnya, tapi jalan berbatu, bahkan tidak jarang
seperti sebuah aliran air sungai namun kering.
Sering tertipu
dengan sebuah foto perjalanan mendaki, kelihatannya hanya menapaki jalan yang
tidak terjal, namun pada realitanya, benar-benar 180 derajat berbeda. Bahkan
tidak jarang, medan itu hanya selebar bahu dengan tepian jurang tinggi.
Ditambah lagi dengan beban tas ransel atau carrier yang
dibawa. Disinilah yang akan menguji mental seseorang.
Namun demikian,
dari perjalanan ini akan mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati. Selain
itu, juga menguji kekuatan fisik, seberapa lama kita mampu berjalan dengan
beban di pundak. Seolah masalah yang ada tidak lebih berat dari tas yang
menempel di punggung.
2. Takut
Takut, inilah
yang selalu saya rasakan ketika naik gunung. Takut disini bukan diartikan mistis.
Tapi ketakutan itu lebih kepada Sang Pencipta. Allah swt. Benar-benar merasakan
bahwasanya kita amatlah kecil, tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan gunung
ini, lalu mengapa masih ada rasa sombong, besar kepala dan sifat buruk
lainnya.
Padahal, Jika
Tuhan menghendaki, satu langkah saja kita bisa dihadapkan pada kematian. Disini
saya merasa dekat dengan kematian, tapi saya juga merasa dekat dengan-Nya. Ada
sebuah rasa takut, tapi dari rasa takut inilah kita ingin selalu dekat
dengan-Nya. Itu yang saya sukai dari naik gunung, selain keindahannya juga
rasanya.
Disisi lain,
saya pun merasakan arti kesendirian. Benar-benar sendiri. Kesendirian ini
adalah kemandirian, bertahan dan berjuang. Kesendirian disini juga mendekatkan diri
kepada-Nya. Karena seolah apapun yang terjadi hanya Dia yang dapat menolong.
Keluarga yang kita cintai, kekasih, sahabat atau teman pun tidak bisa menolong
tanpa Kuasa-Nya.
Maka ada sebuah
fakta jika biasanya orang di dataran rendah banyak meninggalkan ibadah, justru
lain halnya ketika di atas sini. Kita selalu ingat, kita selalu beribadah. Hati
terasa tenang, kadang rindu dan ingin menghadirkan perasaan ini ke bawah.
3.
Bersyukur
Hal indah
lainnya dari naik gunung adalah “syukur”. Banyak hal yang bisa disyukuri.
Terutama hidup. Masalah sebesar apapun seolah tak bisa menandingi nikmat ini,
dengan hidup, kita bisa berjuang dan menyelesaikan masalah. Tapi kalau sudah
tidak hidup, cita-cita setinggi langit pun tak bisa dikejar lagi.
Saya teringat
kisah seorang teman, dia mendaki tepat satu hari sebelum sidang pendadaran untuk
mendapatkan gelar sarjana. Bahkan saya sendiri pun pernah mengalami hal serupa,
ketika saya merasa down, dan butuh power, saya memutuskan mendaki. Dan benar,
dari situ saya mendapatkan power.
Dalam
perjalanan, saya berfikir banyak hal. Salah satunya hidup dan perjuangan. Hidup
itu ibarat modal. Perjuangan adalah proses mendaki dan puncak adalah target
atau tujuan dari hidup saya. Dari situlah saya belajar memompa diri untuk
berjuang mendapatkan apa yang saya inginkan.
Dari sinilah
saya benar-benar belajar memaknai “tidak ada yang tidak mungkin”. Asalkan kita
berjuang dan Tuhan juga mengizinkan, semua pasti terjadi.
I like it :)
ReplyDeleteini adalah pengelaman pertama kali mendaki dan tak terlupakan...
best moment...
iya pengalaman pertama yang tak terduga..
ReplyDeletesekarang jadi kenangan.